PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM KONFLIK ORGANISASI
Peranan Kepemimpinan
Masalah peranan kepemimpinan, tidak banyak berbeda dengan bab terdahulu yang membahas tentang kepemimpinan dalam kerangka manajemen. Dalam bab itu telah diungkap mengenai peranan manajemen baik menurut pendapat Stoner maupun Mintzberg.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut kepemimpinan hanya merupakan sebagian daripada serangkaian peranan seorang manajer. Seperti diungkap oleh Stoner fungsi manajemen adalah: assumes responsibility, balance competing goals, a conceptual thinker, works with and through other people, a mediator, a politician, a diplomat and make difficul ties decisions. Sedangkan Mintzber merumuskan peranan manajer adalah sebagai: figurhead, leader, liasion, monitor, dissiminator, spokesman, enterpreneur, disturbance handler, resource allocator and negotiator.
Jadi, dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem daripada manajemen. Namun mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakkan bawahan, maka timbul pemikiran diantara para ahli manajemen untuk bisa lebih jauh mengungkapkan peranan apa saja yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahan.
Dalam membicarakan peranan kepemimpinan perlu dibedakan dengan berbagai teori kepemimpinan seperti Teori Sifat atau yang disebut pula The Great Man Theory, Teori Perilaku dan Teori Kontingensi. Teori-teori tersebut pada prinsipnya mengungkapkan persoalan bagaimana seorang pemimpin berhasil menggerakkan bawahan yang ditinjau dari sudut pandangan mereka yang berbeda-beda satu sama lain.
Sedangkan peranan kepemimpinan ditekankan kepada sederetan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan oleh setiap pemimpin hubungannya dengan bawahan atau dengan kata lain disebut leadership functions.
Jadi, apabila dikaitkan dengan pendapat Fieldler, teori kepemimpinan pada hakikatnya merupakan jawaban atas pertanyaan yang menyangkut tiga masalah pokok kepemimpinan, yaitu: how one becomes a leader, how leaders behave, dan yang terakhir what makes the leaders effective.
Dengan demikian penampilan peranan seorang pemimpin, akan lebih khusus (more specialized) daripada peranan seorang manajer. Sebab peranan seorang pemimpin pada dasarnya merupakan penjabaran serangkaian fungsi kepemimpinan. Sedangkan fungsi kepemimpinan itu sendiri sesungguhnya mewujudkan salah satu sederetan fungsi manajer, seperti diuraikan oleh Stoner dan Mintzberg.
Ada beberapa teori tentang peranan kepemimpinan (leadership functions). Diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Koontz dan teman-temanya yang secara ringkas dirumuskan sebagai berikut:
Fungsi kepemimpinan “... adalah mengajak atau menghimbau semua bawahan atau pengikut, agar dengan penuh kemauan untuk memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan organisasi sesuai dengan kemampuan para bawahan itu secara maksimal.
(The function of leadership, therefore, is to induce or persuade all subardinates of followers to contribute in accordance with their maximum capacity).
Berdasarkan definisi tersebut paling tidak ada tiga hal pokok yang memberikan ciri kepemimpinan, yaitu:
1. Kecakapan untuk memahami bahwa manusia itu pada hakikatnya memiliki kekuatan motivasi dalam waktu yang bervariasi serta situasi yang berbeda-beda.
2. Memiliki kecakapan untuk menimbulkan semangat.
3. Memiliki kecakapan untuk berbuat dengan cara tertentu, sehingga menimbulkan suatu suasana, yang merangsang lahirnya suatu respon, dan motivasi.
Pendapat lain tentang peranan kepemimpinan, diungkapkan oleh H.G. Hicks dan C.R. Gullett dalam bukunya yang berjudul Organization: Theory and Behaviour. Yaitu: Bersikap adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan yang terakhir mau menghargai.
Masing-masing peranan atau fungsi tersebut, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bersikap adil (arbitirating)
Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa kebersamaan diantara para anggotanya adalah mutlak, sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya merupakan pencerminan daripada kesepakatan antara para bawahan, maupun antara pemimpin dengan bawahan, dalam mencapai tujuan organisasi. Tetapi dalam hal tertentu mungkin akan terjadi ketidak sesuaian diantara para bawahan, timbul persoalan. Apabila diantara mereka tidak bisa memecahkan persoalan, pemimpin perlu turun tangan untuk segera menyelesaikan. Dan dalam hal memecahkan persoalan hubungan diantara bawahan, pimpinan harus bersikap adil, tidak memihak.
2. Memberikan sugesti (suggesting)
Sugesti bisa disebut saran atau anjuran. Dalam rangka kepemimpinan sugesti merupakan pengaruh dan sebagainya yang mampu menggerakkan hati orang lain. Dan sugesti mempunyai peranan yang sangat penting didalam memelihara dan membina harga diri serta rasa pengabdian partisipasi dan rasa kebersamaan diantara para bawahan.
3. Mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives)
Tercapainya tujuan organisasi tidak otomatis, melainkan harus didukung oleh adanya kepemimpinan. Oleh karena itu, agar setiap organisasi dapat efektif dalam arti mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka setiap tujuan yang ingin dicapai perlu disesuaikan dengan keadaan organisasi, serta memungkinkan para bawahan untuk bekerja sama.
4. Katalisator (catalysing)
Secara kimiawi arti kata katalis atau katalisator, ialah zat yang tidak ikut bereaksi, tetapi mempercepat reaksi (kimia). Jadi, dalam dunia kepemimpinan, seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai seorang katalisator, apabila pemimpin itu berperan, yang selalu dapat meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat dan semaksimal mungkin.
5. Menciptakan rasa aman (providing security)
Setiap pemimpin berkewajiban menciptakan rasa aman bagi para bawahannya. Dan fungsi ini, hanya dapat dilaksanakan apabila setiap pemimpin selalu mampu memelihara hal-hal yang positif, sikap optimisme didalam menghadapi segala permasalahan, sehingga dengan demikian, dalam melaksanakan tugas-tugasnya bawahan merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, merasa memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan.
6. Sebagai wakil organisasi (representing)
Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi apapun, selalu memandang atasan atau pimpinannya mempunyai peranan dalam segala bidang kegiatan, lebih-lebih kepemimpinan yang menganut prinsip “keteladanan atau panutan”. Seorang pemimpin adalah segala-galanya. Oleh karenanya, segala perilaku, perbuatan, dan kata-katanya akan selalu memberikan kesan tertentu terhadap organisasinya. Penampilan dan kesan-kesan positif seorang pemimpin, akan memberikan gambaran positif pula terhadap organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian setiap pemimpin tidak lain juga diakui sebagai tokoh yang mewakili dalam segala hal daripada organisasi yang dipimpinnya.
7. Sumber inspirasi (inspiring)
Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para bawahannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus selalu dapat membangkitkan semangat para bawahan, sehingga para bawahan menerima dan memahami tujuan organisasi secara antusias, dan bekerja secara efektif kearah tercapainya tujuan organisasi.
8. Bersikap menghargai (praising)
Setiap orang pada dasarnya menghendaki adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Demikian pula setiap bawahan dalam suatu organisasi memerlukan adanya pengakuan dan penghargaan dari atasannya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban pemimpin harus mau memberikan penghargaan, atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada bawahannya.
Demikianlah serangkaian peranan kepemimpinan (leadership functions). Dan didalam mewujudkan peranan tersebut, tentunya diperlukan kemampuan. Sebab berbagai macam peranan tersebut tidak dengan sendirinya akan berfungsi, apabila tidak didukung oleh adanya kemampuan dari pemimpin itu sendiri. Dan kemampuan yang dimaksud ialah disebut leadership abilities, yang didalamnya meliputi tiga macam kecakapan (leadership skills) yaitu: technical, human, dan conceptual skills.
Dan ketrampilan manusiawi seorang pemimpin akan berhasil baik, apabila aspek-aspek sebagai berikut, memperoleh perhatian dan pengamalan secara wajar. Aspek-aspek tersebut, tidak lain ialah seperti, menempatkan setiap orang lain atau bawahan sesuai dengan harkat dan kedudukannya sebagaimana layaknya yang didambakan oleh setiap manusia, terbuka dan mau mendengarkan pendapat bawahan, menghargai setiap usaha dan prestisa yang dicapai oleh setiap bawahan, mau dan terbuka bekerja sama, pergaulan, rasa kebersamaan diantara para bawahan maupun antar bawahan dengan atasan dan masih banyak lagi butir-butir lain yang sangat berharga dalam kerangka pelaksanaan ketrampilan manusiawi.
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong bila ada masukan/hal - hal yang kurang berkenan silahkan isi di komentar